Komunitas Dikit-Dikit Ngaji sukses menggelar kajian online bertema “Hakikat Cinta Kepada Allah Melalui Kisah Layla Majnun” pada Kamis malam, 11 Desember 2024, pukul 20.00 WITA. Acara ini diadakan melalui platform Zoom dan berhasil menarik perhatian puluhan peserta dari berbagai daerah dan universitas. Ustadz Sunil Kan, seorang mahasiswa sekaligus Ketua MPM STAI DDI Maros tampil menjadi narasumber membawakan materi dengan mendalam dan inspiratif.
Dalam pembukaan, Ustadz Sunil menjelaskan bahwa kisah Layla Majnun bukan sekadar romansa klasik Timur Tengah, tetapi juga perumpamaan spiritual. “Majnun adalah simbol seorang manusia yang merindukan cinta sejati kepada Allah, sedangkan Layla menggambarkan refleksi kecintaan tertinggi kepada Sang Pencipta,” tuturnya. Ia menekankan bahwa cinta sejati kepada Allah membutuhkan pengorbanan, keikhlasan, dan kesabaran yang melampaui cinta duniawi.
Kajian ini juga menggali perspektif filosofis dan sufistik dari kisah Layla Majnun, dengan mengutip pandangan para sufi seperti Jalaluddin Rumi dan Ibnu Arabi. Menurut Ustadz Sunil, dalam sufisme, cinta adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. “Majnun menjadi simbol seorang pencinta sejati yang rela meninggalkan kenyamanan duniawi demi mencapai kebersatuan dengan Allah,” jelasnya sambil mengutip syair terkenal Rumi: “Cinta itu adalah api. Ia akan membakar ego dan menghapus hijab antara manusia dan Tuhannya.”
Diskusi berlangsung interaktif, salah satunya melalui pertanyaan peserta bernama Azhar. Ia bertanya bagaimana memastikan suatu perbuatan dicintai dan diridhoi Allah. Menjawab pertanyaan ini, Ustadz Sunil menyebutkan tiga hal utama: ikhlas dalam niat, menjalankan amal sesuai syariat, dan memberi manfaat kepada orang lain. “Allah mencintai hamba-Nya yang memberikan manfaat kepada sesama, sekecil apa pun kebaikan itu,” tambahnya.
Selain dimensi spiritual, kajian ini memberikan pandangan praktis tentang membangun hubungan mendalam dengan Allah dalam kehidupan modern. Ustadz Sunil menekankan pentingnya mendekatkan diri kepada Allah melalui shalat, zikir, dan amal baik kepada sesama. Pesan-pesan ini relevan dalam konteks tantangan kehidupan sehari-hari umat Islam.
Dalam sesi refleksi, peserta diajak untuk memahami bahwa cinta sejati bukan hanya menghidupkan hati, tetapi juga mengarahkan jiwa menuju kebahagiaan abadi. Melalui contoh dari kisah Layla Majnun, peserta diingatkan untuk menempatkan cinta kepada Allah sebagai prioritas utama dalam hidup mereka.
Sebagai penutup, Ustadz Sunil memberikan pesan penuh makna, “Belajarlah menjadi ‘Majnun’ yang sesungguhnya, seorang pencinta yang tak kenal lelah mengejar cinta Allah.” Kajian ini tidak hanya memperkaya wawasan, tetapi juga memberikan inspirasi mendalam tentang esensi cinta sejati kepada Allah.
Laporan: Sulis, Anggota MPM STAI DDI Maros