Capaian pembelajaran, khususnya di perguruan tinggi diharapkan bukan hanya pada kompetensi keilmuan semata, tapi juga kompetensi kepribadian mahasiswa. Dalam konteks itu, tentu keduanya sebisa mungkin sejalan dengan optimal. Keilmuan merupakan bagian dari pada hard skill sedangkan kepribadian bagian dari soft skills.
Lalu apakah yang dimaksud keduanya?
Elfindri, dkk (2002: 9) berpendapat bahwa Hard skills_ yaitu penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, keterampilan teknis yang berhubungan dengan ilmunya. Sedangkan soft skills adalah keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain dan keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri yang mampu memgembangkan produktivitas secara maksimal.
Study tour adalah salah satu bentuk pembelajaran mahasiswa untuk mengintegrasikan keduanya (hard skills dan soft skills).
Kegiatan yang bisa mengeskplorasi pembelajaran di lapangan. Sebagai sarana aktualisasi diri mahasiswa selain di kelas dan laboratorium. Masyarakat dan alam menjadi objek dan sumber untuk menstimulus pengetahuan. Nuansanya bukan sebatas relaksasi, tapi integrasi edukasi.
Beberapa bentuk pendidikan dalam study tour diantaranya:
Pertama, kepemimpinan. Keberhasilan kegiatan sangat ditentukan oleh ketua panitia bersama dengan segenap kolega kerjanya serta rekan-rekannya secara keseluruhan. Disinilah akan terlatih memimpin dan mengeksekusi kegiatan secara mandiri. Terlatih dan terampil membangun tim kerjasama satu sama lain. Begitupun etos kerja dan kepemimpinan masing-masing akan terlihat. Baik pemimpin (pengontrol) maupun yang dipimpin (yang dikontrol).
Kedua, manajemen keuangan. Keuangan memiliki sebuah peranan penting dalam kegiatan. Tanpa keuangan, kegiatan biasanya sulit terimplementasikan dengan baik. Sebab keuangan memiliki peran vital.
Seorang mahasiswa, dalam hal ini bendahara harus terampil mengelola keuangan agar kegiatan dapat berjalan dengan baik. Harus cakap mengesetimasikan anggaran agar sesuai dengan ekspektasi kegiatan yang diharapkan
Panitia, khususnya bendahara secara langsung teredukasi tata kelola keuangan dengan prinsip integritas, akuntabilitas dan transparan. Dosen hanya berfungsi sebagai pengontrol, bukan sebagai eksekutif apalagi ikut mengintervensi keuangan terlalu jauh. Dengan demikian, dosen akan aman terhadap tendensi berbagai hal seperti gratifikasi atau kekeliruan lainnya sebagai orang yang memanfaatkan uang.
Ketiga, kedisiplinan. Manajemen waktu juga akan membentuk kedisiplinan mahasiswa. Sebab kegiatan tersusun rapi dalam agenda. Dosen bersama panitia senantiasa berkomunikasi agar pelaksanaan agenda terkontrol dengan baik. Mulai dari berangkat hingga pulang kembali ke kampus dan di rumah masing-masing.
Keempat, pengetahuan dan pengalaman. Substansi study tour adalah belajar. Bukan semata rekreasi. Disinilah intensitas proses eksplorasi pengetahuan bisa kembangkan dan diperdalam dengan lintas metode pembelajaran. Terkemas dalam endidikan andragogi dari indoor hingga outdoor. Sehingga dikemas mahasiswa belajar dengan nyaman, tertib, dan penuh semangat.
Mahasiswa yang terdiri dari panitia pelaksana, bertugas dan bertindak khusus merencanakan dan mengeksekusi kegiatan. Jika terdapat beberapa item kegiatan, masing-masing akan diberi tugas secara bergiliran. Hal ini bertujuan agar banyak mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran dan pengalaman.
Kelima, keterampilan mengelola kelas. Substansi dalam study tour adalah pembelajaran itu sendiri. Sebagaimana output yang hendak dicapai. Mahasiswa mempersiapkan diri untuk tampil berimprovisasi dan mendemontrasikan pembelajaran secara mandiri. Dosen berfungsi sebagai fasilitator.
Keenam, kecerdasan kinestetik. Berenang, permainan dan naik ke bukit menjadi salah bagian aktivitas. Aktivitas yang melatih fisik dan pernapasan yang secara otomatis cocok untuk kesehatan.
Ketujuh, komunikasi dan kerjasama. Sukses dan efektif tidaknya sebuah kegiatan sangat tergantung oleh komunikasi dan kerjasama. Karenanya mahasiswa diharapkan mampu membangun komunikasi dan kerjasama antar sesama. Tanpa memaksakan kehendak satu sama lain.
Selain itu, komunikasi juga menjadi penting kepada pihak yang memiliki otoritas dalam lembaga seperti kampus. Diperlukan komunikasi dan dibuktikan dengan surat izin pelaksanaan kegiatan. Hal ini sebagai bukti resminya sebuah kegiatan dan menghargai pimpinan yang memiliki otoritas dan senagai pejabat kampus yang menaungi mahasiswa.
Kedelapan, profesional dan bertanggung jawab. Profesionali dan tanggung jawab juga menjadi kunci suksesnya sebuah kegiatan. Bagaimana tidak, apabila beban dan amanah yang diberikan tidak dikerjakan sepenuh hati dan tidak amanah maka dapat membuat sebuah kegiatan menjadi fatal.
Kesembilan, kecerdasan spritual. Rangkaian kegiatan juga terintegtasi dengan aktivitas obadah seperti sholat, tadarrus serta tadabbur alam menjadi aktivitas yang akan membangun kecerdasan spiritual (transenden). Hal ini adalah kewajiban dan sangat penting bagi keparipurnaan kegiatan serta pengembangan karakter setiap orang.
Dalam buku Pintar Soft Skills (Elfindri, dkk, 2002: 49) mendefinisikan soft skills sebagai keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain dan keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri yang mampu memgembangkan produktivitas secara maksimal. Soft skills juga merupakan keterampilan dan kecakapan hidup, baik untuk diri sendiri, kelompok atau bermasyarakat. Dengan mempunyai soft skills membuat keberadaan seseorang akan semakin terasa di tengah masyarakat. Keterampilan akan berkomunikasi, keterampilan emosional, keterampilan berbahasa, keterampilan berkelompok, memiliki etika dan moral, santun dan keterampilan spiritual.
Demikian beberapa pendidikan hard skills dan soft skills dalam study tour. Semoga kita mampu menjadi mahasiswa yang ulul albab; yang berkarakter dan mampu bersikap selaras dengan kata dan perbuatan, serta dengan hati dan pikiran.
Wallahul Muwaffiq Ila Aqwamith Thariq
(Tulisan ini merupakan sebuah catatan yang disajikan dalam agenda pelaksanaan study tour mahasiswa semester dua program studi Pendidikan Agama Islam STAI DDI Maros).
Malino, 05 Juli 2022
Abdul Rahman
Dosen STAI DDI Maros