Cerita ini datang dari Desa Mattoangin Bantimurung. Sebuah desa yang indah yang terletak di kawasan persawahan. Memiiki tiga dusun yakni Bonti-Bonti, Katibung, Parengki, Malewang dan Moncongbori.
Mahasiswa STAI DDI Maros yang berposko di sini adalah Arisandi selaku kordes, sedangkan anggota adalah Eka Suci, Sahyuni, Nadira, Syamsinar, Alif Imam Fadillah, Muhammad Irwansyah, Qonita Wahid, dan Arinda.
Kordes mengisahkan bahwa banyak pengalaman yang didapatkannya selama ber-KKN. Berbagai macam permasalahan dilewati bersama ibarat kami bermain ninja warrior melewati banyak rintangan step by step saling mendukung satu sama lain.
Hal yang membuat kami bisa menyelesaikan rintangan itu adalah kebersamaan. Hal paling berkesan juga yakni ketika kami pertama kali tiba di Desa Mattoangin yang disambut dengan rintihan air hujan. Kepala Desa dan perangkatnya sangat antusias menerima kami untuk ber-KKN di desa itu. Hal
“Selama berada di sana, kami mengalami bencana yakni banjir dan angin kencang. Perasaan campur aduk ketika bencana datang dan jauh dari keluarga. Saat air masuk ke rumah kami panik dan membantu tuan rumah membereskan barang-barangnya seperti kulkas, mesin cuci, lemari dan barang yang lainnya. Pesan dari masyarakat dan adik-adik di Desa Mattoanging sebelum kami meninggalkan desa yakni jangan lupakan desa ini. Jadikan tempat ini sebagai tempat kembali,” haru Arisandi.
Sandi melanjutkan bahwa kami juga sangat bangga dan terharu kepada tuan rumah kami yakni Ibu Hj. Marwah dan Hj. Kalsum yang benar-benar menjadi orang tua kami selama disana. Sehat selalu untuk orang baik.
Semua pengalaman selama di sana mengajarkan kita banyak hal seperti kerjasama, kekeluargaan, dan banyak hal pelajaran dari masyarakat. Terima kasih telah menjadi kelurga selama 40 hari. Salam hangat dari posko KKN Desa Mattoangin.
Sahabat STAI DDI Maros, tunggu cerita dari desa yang lain yah!